Kerajaan Maritim Islam: Kerajaan Demak

Kerajaan Maritim Islam: Kerajaan Demak 

Masjid Agung Demak, merupakan peninggalan kesultanan Demak abad 16 M 

a) Kehidupan politik pada masa Kerajaan Demak 

ingatkah kamu dengan kerajaan Majapahit ? kerajaan yang bercorak Hindu dan berpusat di sekitar wilayah Mojokerto saat ini, pada satu waktu tepatnya abad ke 15 M, Kerajaan Majapahit telah mencapai titik terendah kerajaannya, kekuasaanya tergerus oleh adanya perang saudara diantara mereka sendiri, salah satu kejadian pamungkas yang mengakhiri kerajaan Majapahit antara lain adalah pada tahun 1486, serangan dari Girindrawardhana yang berasal dari daerah Kediri dan mengakibatkan kekuasaan Kerajaan Majapahit hilang beserta raja terakhirnya, yaitu Brawijaya V. 

Namun ternyata, terdapat salah satu keturunan Brawijaya V, yang telah menguasai wilayah Demak (sekitar Jepara saat ini) dan telah memeluk Islam, karena Ibunya merupakan Putri Cina. Pada saat itu, Abad ke 15 M, kota-kota pelabuhan di pantai utara Jawa telah tumbuh menjadi pusat akfititas perdagangan Internasional yang ramai, keturunan Brawijaya V ini, yang dikenal dengan nama Raden Patah lantas didaulat sebagai Raja Demak pertama, dan dianggap sebagai penerus utama dari Kerajaan Majapahit. 

Demak, lantas melakukan serangkaian penaklukan ke wilayah timur, Tuban ditaklukan (1527), Kediri, sebagai kekuasaan Hindu dinasti Girindrawardhana, juga ditaklukan Demak pada 1527 dan semakin memperkuat legitimasi Demak adalah penerus Majapahit karena seluruh pusaka kerajaan Majapahit yang sempat dirampas ke Kediri oleh Girindrawardhana, kini diboyong ke Istana Demak. Setelah itu Madiun dikuasai (1529), Surabaya (1530) telah mengakui kekuasaan Demak, Pasuruan, Gunung Penanggungan (tempat suci Umat Hindu di Jawa), Malang juga akhirnya dikuasai pada pertengahan abad 16 M. 

Selain melalukan serangkaian penaklukan ke Timur, Demak juga terlibat dalam perebutan hegemoni di kawasan Selat Malaka, hal tersebut terlihat dari beberapa kali serangan Demak ke Malaka Portugis pada kurun waktu 1513 – 1515. Dipimpin oleh Pangeran Pati Unus yang belakangan mendapat gelar Pangeran Sabrang Lor.Selain ke Malaka, Perluasan pengaruh yang dilakukan Demak juga menjangkau ke Wilayah Jawa Bagian Barat. 

Sejak awal abad 15 M, Banten telah berkembang menjadi pelabuhan penghasil Lada yang besar, sejak dikuasainya Malaka oleh Portugis, seperti Aceh, Banten mendapat keuntungan dari tersebarnya para pedagang yang mencari pelabuhan alternatif selepas Malaka dikuasai Portugis, namun Banten secara umum masih merupakan Vassal (kekuasaan bawahan) dari kerajaan Pajajaran, kemunduran Pajajaran di Abad 15 M membuat penguasa Banten berpikir untuk tetap setia kepada Pajajaran. 

Sementara itu, Banten pun pada awalnya enggan untuk masuk kedalam lingkaran islamisasi dan merasa terancam oleh Demak, untuk itu Banten pun mengikat sebuah aliansi dengan Portugis di Sunda Kelapa, dengan perjanjian pada tahun 1522, yaitu perjanjian agar Portugis membangun sebuah pos dagang di Timur Banten (wilayah sekitar Sunda Kelapa) untuk menahan laju kaum muslim dari Timur (Demak dan Cirebon), namun belum sampai perjanjian itu dilaksanakan, Demak (dibawah pimpinan Fatahillah) telah berhasil menguasai Banten dan seluruh pantai Utara Jawa bagian tengah hingga Barat pada tahun 1527, kini tahun tersebut dianggap sebagai tahun lahirnya kota DKI Jakarta.


Daftar nama nama Raja Demak

b) Kehidupan ekonomi pada masa Kerajaan Demak 

Perekonomian Demak berkembang ke arah perdagangan maritim dan agraria. Ambisi Kerajaan Demak menjadi negara maritim diwujudkan dengan upayanya merebut Malaka dari tangan Portugis. Perdagangan antara Demak dengan pelabuhan-pelabuhan lain di Nusantara cukup ramai, Demak berfungsi sebagai pelabuhan transito (penghubung) daerah penghasil rempah-rempah di kawasan Timur Indonesia dan memiliki sumber penghasilan pertanian yang cukup besar, antara lain madu, dan lilin. Barang tersebut diekspor ke Malaka melalui Pelabuhan Jepara. Dengan demikian, kehidupan ekonomi masyarakat berkembang lebih baik. 

Sebagai negara maritim, Demak menjalankan fungsinya sebagai penghubung atau transito antara daerah penghasil rempah-rempah di bagian timur dengan Malaka, dan dari Malaka kemudian dibawa para pedagang menuju kawasan Barat, hingga sejauh ke Eropa. Berkembangnya perekonomian Demak di samping faktor dunia kemaritiman, juga faktor perdagangan hasil-hasil pertanian seperti yang dijelaskan di atas. 

Dengan semakin stabilnya kehidupan politik Kerajaan Demak, maka keadaan ini sangat berpengaruh pada kehidupan ekonomi Kerajaan Demak. Dengan daerah sumber pertanian yang luas, Kerajaan Demak memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi global 

c) Kehidupan Sosial dan Budaya pada masa Kerajaan Demak 

Bagaimana kehidupan sosial masyarakat Demak, sayangnya sumber-sumber tertulis yang ada mengenai kerajaan Demak tidak banyak membicarakan kehidupan masyarakat umum di kerajaan Demak, sehingga mungkin membuat kalangan sejarawan kesulitan merekonstruksi bagaimana lapisan-lapisan sosial di masyarakat Demak. 

Mengenai kehidupan Budaya masyarakat Demak, kembali karena terbatasnya bukti, maka sejarawan kesulitan merekonstruksi kehidupan kebudayaan masyarakat Demak (atau bahkan Jawa) sebelum abad XVIII, meskipun demikian masih terdapat gambaran mengenai kehidupan kebudayaan masyarakat Demak yang berasal dari Istana (kalangan Bangsawan) karena kebanyakan bukti yang ditemukan berasal dari Istana. 

Kemunculan Demak, seperti kerajaan-kerajaan Islam lainnya, bukan saja menciptakan dinasti-dinasti baru, tetapi juga meninggalkan warisan budaya yang beraneka ragam, sebagian bernafaskan Islam tetapi sebagian besarnya, khususnya di Jawa, mempunyai hubungan yang erat dengan ajaran-ajaran kebudayaan pada masa Pra-Islam. 

Kebudayaan Wayang merupakan salah satu yang tetap dilestarikan pada masa Kerajaan Demak dan hingga kerajaan-kerajaan setelah Demak, memang wayang merupakan salah satu sarana penting dalam memelihara dan mempertahankan peninggalan Hindu dan Buddha di kalangan masyarakat Jawa yang sudah menganut Islam, wayang ini pula seringkali dijadikan media bagi para Wali Songo untuk menyiarkan Islam di kalangan Masyarakat, dan media wayang yang digunakan utamanya adalah Wayang Kulit, dengan memainkan lakon yang berasal dari karya-karya Hindu dari India (yang telah disadur ke bahasa Jawa) seperti Ramayana dan Bharatayuddha namun seringkali ada yang diselipkan tentang ajaran-ajaran Islam. 

Salah satu warisan kebudayaan yang diperlihatkan hingga hari ini terdapat ada di sebuah kota bernama kudus, berasal dari nama arab, Al-Quds, menjadi salah satu kota suci di Jawa, cerita di Kudus erat kaitannya dengan salah satu Wali Songo yang bernama Sunan Kudus, yang juga merupakan Imam kelima di Kerajaan Demak. Munculnya Kudus sebagai salah satu warisan kerajaan Demak dapat terlihat dari Masjid Kudus yang mempertahankan arsitektur Hindu, pintu-pintu Jawa Kuno yang berdaun dua atau biasa disebut Candi Bentar, serta adanya menara berbentuk arsitektur Hindu serta hiasan di Mihrab Imam bertarikh 1549 M.

arsitektur Mesjid Kudus yang menggambarkan akulturasi

Selain di Mesjid Kudus, kehidupan kebudayaan masyarakat Demak tidak dapat dikatakan terang benderang, namun hal yang pasti adalah, adanya kesinambungan naskah-naskah yang ditulis menggunakan bahasa Jawa Kuno dan merupakan karya-karya sastra yang berasal dari Abad 17 atau sesudahnya berarti menggambarkan bahwa kebudayaan Jawa Kuno dari masa Pra-Islam tidak punah dan kemudian berakulturasi dengan kebudayaan Islam seperti cerita Menak Amir Hamzah, Yusup, Ahmad Hanapi, ataupun cerita roman Panji dan Damar Wulan, atau bahkan karya sastra yang lebih serius seperti Babad Tanah Jawi , semua itu memang ditulis setelah kerajaan Demak tidak ada, namun dapat dipastikan bahwa adanya Kerajaan Demak turut andil dalam meneruskan berbagai kebudayaan Pra-Islam hingga nanti diteruskan oleh banyaknya karya-karya yang ditulis oleh kerajaan-kerajaan penerus Demak.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kerajaan Maritim Islam: Kerajaan Demak"

Post a Comment