Kehidupan Bangsa Indonesia di Bidang Sosial, Ekonomi, Budaya, Militer, dan Pendidikan pada Zaman Pendudukan Jepang

Kehidupan Bangsa Indonesia di Bidang Sosial, Ekonomi, Budaya, Militer, dan Pendidikan pada Zaman Pendudukan Jepang

1. Kehidupan Bangsa Indonesia di Bidang Budaya

Pada awal pendudukannya, Jepang bersikap baik dan ramah kepada rakyat Indonesia. Para pemimpin pergerakan yang ditawan Belanda, seperti Bung Karno, Hatta, dan Syahrir dibebaskan. Para pejabat Jepang mengatakan bahwa Indonesia dan Nippon adalah mitra sejajar. Mereka mengatakan bahwa Jepang tidak akan menjajah Indonesia. Bendera merah putih diperbolehkan dikibarkan berdampingan dengan dengan bendera Hinomaru, begitu juga lagu Indonesia Raya boleh dinyanyikan asalkan lagu kebangsaan Jepang Kimigayo juga diperdengarkan. Sikap Jepang yang manis dan ramah itu ternyata hanya palsu belaka. Kenyataannya sikap dan tindakan Jepang mulai keras, kejam, dan semena mena dan menguras habis sumber daya alam, akibatnya rakyat mengalami penderitaan yang lebih berat daripada zaman penjajahan Belanda. Beberapa kebijakan yang dikeluarkan Jepang dalam bidang budaya adalah :

a. Menerapkan kebudayaan memberi hormat ke arah matahari terbit kepada rakyat Indonesi. Dalam masyarakat Jepang, kaisar memiliki tempat tertinggi, karena diyakini sebagai keturunan Dewa Matahari. Untuk itu, Jepang berusaha menerapkan nilai- nilai kebudayaannya kepada bangsa Indonesia, dengan cara membungkukkan  punggung dalam-dalam (seikerei) ke arah matahari terbit.

Gambar di atas, merupakan gambaran upacara penyembahan terhadap dewa matahari, namun kebijakan ini sangat ditentang oleh masyarakat Indonesia terutama para ulama, karena ini sangat bertentangan dengan keyakinan bangsa Indonesia. Bisa kalian perhatikan gambar di samping (para ulama yang ditangkap karena menolak melakukan penyembahan terhadap dewa matahari.

b. Pemerintahan Jepang mendirikan pusat kebudayaan yang diberi nama Keimin Bunkei Shidoso. Lembaga ini yang kemudian digunakan Jepang untuk mengawasi dan mengarahkan kegiatan para seniman agar karya-karyanya tidak menyimpang dari kepentingan Jepang

2. Kehidupan Bangsa Indonesia di Bidang Militer

Perbedaan antara masa penjajahan sebelumnya dengan masa pendudukan Jepang adalah rakyat Indonesia mendapatkan manfaat pengalaman dan pelatihan militer mencakup dalam bidang ketentaraan, bidang pertahanan, dan bidang keamanan. Pelatihan militer yang diperoleh rakyat Indonesia adalah: Dasar-dasar militer Baris berbaris Latihan menggunakan senjata Organisasi militer Latihan perang Melalui propagandanya, Jepang berhasil membujuk penduduk untuk menghadapi Sekutu, namun karena posisinya makin terdesak dalam perang asia timur raya, jepang mengeluarkan kebijakan dibidang militer dengan membentuk badan-badan semimiliter dan militer. Tujuannya untuk membantu jepang menghadapi sekutu dalam perang asia timur raya.

a. Organisasi militer

Organisasi militer yang dibentuk jepang adalah heiho dan peta.

1) Heiho atau pembantu prajurit jepang

Heiho dibentuk pada bulan april 1945. Anggotanya adalah pemuda yang berusia 18-25 tahun dengan pendidikan terendah SD. Heiho adalah wadah yang disediakan jepang untuk pemuda indonesia sebagai barisan pembantu kesatuan angkatan perang dan merupakan bagian dari ketentaraan jepang. Heiho merupakan militer resmi.

2) Peta atau pembela tanah air

Peta mula-mula dibentuk di wilayah kekuasaan tentara ke-16 di jawa dan madura. Peta dibentuk secara resmi pada tanggal 3 oktober 1943. Penanggung  jawab  dari  pendidikan  latihan-latihan  peta adalah Yanagawa. Peta berkembang tidak hanya dijawa, tetapi juga di luar jawa. Di sumatra, peta dikenal dengan sebutan Giyugun (prajurit sukarela). Ada keterangan yang menyebutkan bahwa pembentukan peta merupakan permintaan bangsa indonesia kepada jepang atas usul R. Gatot Mangkoepradja. Peta mempunyai tugas mempertahankan tanah air indonesia. Tokoh peta yang terkenal, antara lain soeprijadi, jenderal soedirman, dan jenderal gatot soebroto.

b. Organisai semimiliter

Organisasi semimiliter yang dibentuk jepang adalah suishintai, seinendan, keibodan, fujinkai, hizbullah, seinentai, dan gakutotai.

1) Suishintai

Suishintai atau barisan pelopor dibentuk pada tanggal 1 november 1944 dan diresmikan pada tanggal 25 september 1944. Barisan pelopor dipimpin oleh Ir.Soekarno, R.Pandji Soeroso, Otto Iskandardinata, dan Dr. Boentaran Martoadmodjo. Pasca-kemerdekaan, organisasi ini dikenal dengan nama barisan banteng. Barisan pelopor merupakan organisasi pemuda pertama di masa penajajahan jepang yang dibimbing lansung oleh kaum nasionalis Indonesia.

2) Keibodan

Keibodan atau barisan pembantu polisi dibentuk pada tanggal 29 april 1943. Tujuan pembentukan keibodan adalah untuk membantu tugas- tugas polisi, misalnya menjaga lalu lintas dan memelihara keamanan desa. Keobodan di sumatra terkenal dengan nama bogodan, sedangkan dikalimantan dikenal dengan nama borneo konan hokokudan. Pembentukan keibodan di peruntukkan bagi pemuda yang berusia 26-35 tahun.

3) Seinendan

Seinendan atau barisan pemuda dibentuk pada tanggal 9 maret 1943. Organisasi ini dipersiapkan untuk mempertahankan daerah masing- masing. Persyaratan untuk menjadi anggota seinendan adalah pemuda 26-35 tahun.

4) Fujinkai

Fujinkai atau barisan wanita dibentuk pada bulan agustus 1943. Tujuan pembentukan fujinkai adalah untuk membantu jepang dalam perang menghadapi sekutu. Anggotanya adalah kaum wanita berusia 15 tahun ke atas.

5) Seinentai dan gakutotai

Untuk anak-anak SD dibentuk seinentai dan untuk anak-anak sekolah lanjutan dibentuk gakutotai. Diantara organisasi-organisasi semimiliter lainnya, gakutotai merupakan organisasi yang anggotanya paling kecil dalam hal usia.

6) Hizbullah

Hizbullah dibentuk pada tanggal 15 december 1944. Hizbullah adalah pasukan sukarela atau pasukan cadangan yang beranggotakan pemuda islam. Organisasi ini diketuai oleh K.H. Zainal Arifin dan wakilnya Mohammad Roem.

3. Kehidupan Bangsa Indonesia di Bidang Pendidikan

kondisi pelajar masyarakat Indonesia
pada zaman pendudukan Jepang

Pendidikan yang dikembangkan oleh Jepang didasari oleh semangat pembebasan dan persamaan. Kebijakan ini juga menyebabkan terhapusnya diskriminasi sosial terhadap para pelajar pribumi yang sebelumnya diterapkan oleh Belanda. Sistem pendidikan zaman Jepang yang masih diterapkan oleh negara kita saat ini diantaranya adalah sistem belajar 12 tahun. Saat itu Jepang membuka Sekolah Umum yang terdiri dari Sekolah Rakyat (kokumin gakko) selama 6 tahun, Sekolah Menengah Pertama selama 3 tahun dan Sekolah Menengah Atas selama 3 tahun. Jepang juga mengadakan pelatihan bagi para guru yang pesertanya diambil dari berbagai daerah. Dalam pelatihan tersebut, para peserta didoktrin dengan “Hakko Ichiu”. Ajaran ini berarti Delapan penjuru dunia dibawah satu atap. Dengan adanya ajaran ini bisa diartikan bahwa Jepang meyakinkan negaranya adalah sebagai pemimpin dalam suatu lingkungan. Setelah melakukan pelatihan, para peserta harus kembali ke daerahnya masing-masing untuk menyampaikan ilmu yang telah diperolehnya selama pelatihan.

Guna memperoleh dukungan tokoh pribumi, Jepang mengawalinya dengan menawarkan konsep Putera Tenaga Rakyat di bawah pimpinan Soekarno, M. Hatta, Ki Hajar Dewantoro, dan K.H. Mas Mansur pada Maret 1943. Konsep ini dirumuskan setelah kegagalan the Triple Movement yang tidak menyertakan wakil tokoh pribumi. Tetapi PTR akhirnya mengalami nasib serupa setahun kemudian. Pasca ini, Jepang tetap merekrut Ki Hajar Dewantoro sebagai penasehat bidang pendidikan mereka. Upaya Jepang mengambil tenaga pribumi ini dilatarbelakangi pengalaman kegagalan sistem pendidikan mereka di Manchuria dan China yang menerapkan sistem Nipponize (Jepangisasi). Karena itulah, di Indonesia mereka mencobakan format pendidikan yang mengakomodasi kurikulum berorientasi lokal. Sekalipun patut dicatat bahwa pada menjelang akhir masa pendudukannya, ada indikasi kuat Jepang untuk menerapkan sistem Nipponize kembali, yakni dengan dikerahkannya Sendenbu (propagator Jepang) untuk menanamkan ideologi yang diharapkan dapat menghancurkan ideologi Indonesia Raya.

Jepang juga memandang perlu melatih guru-guru agar memiliki keseragaman pengertian tentang maksud dan tujuan pemerintahannya. Materi pokok dalam latihan tersebut antara lain:

a. Nippon Seisyin, yaitu latihan kemiliteran dan semangat Jepang;

b. Bahasa, sejarah dan adat-istiadat Jepang;

c. Ilmu bumi dengan perspektif geopolitis; serta

d. Olaharaga dan nyanyian Jepang. Sementara untuk pembinaan kesiswaan.

Jepang mewajibkan bagi setiap murid sekolah untuk rutin melakukan beberapa aktivitas berikut ini:

a. Menyanyikan lagu kebangsaan Jepang, Kimigayo setiap pagi;

b. Mengibarkan bendera Jepang, Hinomura dan menghormat Kaisar Jepang, Tenno Heika setiap pagi;

c. setiap pagi mereka juga harus melakukan Dai Toa, bersumpah setia kepada cita-cita Asia Raya;

d. Setiap pagi mereka juga diwajibkan melakukan Taiso, senam Jepang;

e. Melakukan latihan-latihan fisik dan militer;

f. Menjadikan bahasa Indonesia sebagai pengantar dalam pendidikan. Bahasa Jepang menjadi bahasa yang juga wajib diajarkan.

Setelah menguasai Indonesia, Jepang menginstruksikan ditutupnya sekolah-sekolah berbahasa Belanda, pelarangan materi tentang Belanda dan bahasa-bahasa Eropa lainnya. Termasuk yang harus ditutup adalah HCS, sehingga memaksa peranakan China kembali ke sekolah-sekolah berbahasa Mandarin di bawah koordinasi Hua-Chino Tsung Hui, yang berimplikasi pada adanya proses resinification (penyadaran dan penegasan identitas sebagai keturunan bangsa China). Kondisi ini antara lain memaksa para guru untuk mentranslasikan buku- buku berbahasa asing kedalam Bahasa Indonesia untuk kepentingan proses pembelajaran. Selanjutnya sekolah-sekolah yang bertipe akademis diganti dengan sekolah-sekolah yang bertipe vokasi. Jepang juga melarang pihak swasta mendirikan sekolah lanjutan dan untuk kepentingan kontrol, maka sekolah swasta harus mengajukan izin ulang untuk dapat beroperasi kembali. Taman Siswa misalnya terpaksa harus mengubah Taman Dewasa menjadi Taman Tani, sementara Taman Guru dan Taman Madya tetap tutup. Kebijakan ini menyebabkan terjadinya kemunduran yang luar biasa bagi dunia pendidikan dilihat dari aspek kelembagaan dan operasonalisasi pendidikan lainnya.

Sementara itu terhadap pendidikan Islam, Jepang mengambil beberapa kebijakan antara lain: 

(1) Mengubah Kantoor Voor Islamistische Zaken pada masa Belanda yang dipimpin kaum orientalis menjadi Sumubi yang dipimpin tokoh Islam sendiri, yakni K.H. Hasyim Asy’ari. Di daerah-daerah dibentuk Sumuka; 

(2) Pondok pesantren sering mendapat kunjungan dan bantuan pemerintah Jepang;

(3) Mengizinkan pembentukan barisan Hizbullah yang mengajarkan latihan dasar seni kemiliteran bagi pemuda Islam di bawah pimpinan K.H. Zainal Arifin; 

(4) Mengizinkan berdirinya Sekolah Tinggi Islam di Jakarta di bawah asuhan K.H. Wahid Hasyim, Kahar Muzakkir dan Bung Hatta; 

(5) Diizinkannya ulama dan pemimpin nasionalis membentuk barisan Pembela Tanah Air (PETA) yang belakangan menjadi cikal-bakal TNI di zaman kemerdekaan; dan 

(6) Diizinkannya Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) terus beroperasi, sekalipun kemudian dibubarkan dan diganti dengan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) yang menyertakan dua ormas besar Islam, Muhammadiyah dan NU.

Banyak kebijakan pendudukan Jepang yang sangat merugikan bangsa Indonesia, akhirnya Jepang mendapat perlawanan dari berbagai daerah. Perlawanan terhadap Jepang antara lain di Aceh yang dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil, Perlawanan rakyat Tasikmalaya dipimpin oleh KH. Zainal Mustofa, dan Perlawanan PETA di Blitar yang dipimpin oleh Supriyadi. Selain mendapatkan perlawanan dari bangsa Indonesia Jepang sendiri mengalami kekalahan di berbagai front pertempuran berdampak bagi pemerintahan yang ada di Jepang. Pada tanggal 17 Jui 1944, Jenderal Nideki Tojo diganti oleh Jenderal Koniaki Koiso. Pada tanggal 7 september 1994 jenderal koiso memberikan janji kemerdekaan kepada Indonesia dikemudian hari. Pada 1 Maret 1945, panglima Jepang letnan jenderal kumakici harada mengumumkan pembentukan badan penyelidikan usaha-usaha persiapan kemerdekan Indonesia (BPUPKI). Seiring berjalannya BPUPKI pada tanggal 6 Agustus 1945 kota Hirosima dibom atom oleh sekutu dan pada tanggal 7 Agustus 1945 dibubarkannya BPUPKI dan dibentuklah PPKI (Panitia persiapan kemerdekana Indonesia). PPKI yang dipimpin oleh ir. Soekarno beserta Moh. Hatta dan Dr. Rajiman Widyadiningrat berangkat ke dalat, vietnam pada 2 Agustus 1945 bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kemerdekaan Indonesia.

Amerika Serikat kemudian membom atom kedua kota yang ada di Jepang, yakni Hirosmia dan Nagasaki pada tanggal 6 Agustus dan 9 Agustus 1945. Pemilihan kedua kota itu dikarenakan kedua kota tersebut merupakan pusat industry di Jepang. Akhirnya pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu dan berakhirnya juga masa pendudukan Jepang di Indonesia. Akan tetapi Jepang harus tetap menjaga status quo sebelum kedatangan Sekutu. Bangsa Indonesia memanfaatkan kondisi yang demikian itu dengan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia sebelum Sekutu datang, yakni pada tanggal 17 Agustus 1945, Bung Karno di damping oleh Hatta membacakan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian maka berakhirlah kekuasaan Jepang di Indonesia, dan Indonesia muncul menjadi satu negara yang merdeka.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kehidupan Bangsa Indonesia di Bidang Sosial, Ekonomi, Budaya, Militer, dan Pendidikan pada Zaman Pendudukan Jepang"

Post a Comment