Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945
Upacara Peringatan 17 Agustus di Istana Negara |
Momentum penting ini merupakan sebuah peristiwa bersejarah yang akhirnya Indonesia menyatakan diri sebagai negara yang merdeka terbebas dari segala penjajahan dunia.
1. Peristiwa Rengasdengklok
Pada 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir mendengar berita kekalahan Jepang dari Sekutu melalui pemberitaan sebuah radio dari luar negeri (BBC). Saat itu, Syahrir membangun jaringan gerakan bawah tanah yang tak mau bekerja sama dengan Jepang.
Setelah mendengar kabar kekalahan Jepang, ia pun menghubungi rekan seperjuangannya untuk meneruskan berita ini kepada golongan muda yang pro kemerdekaan agar segera bertindak.
Suasana dalam Peristiwa Rengasdengklok |
Golongan muda kemudian melakukan rapat di ruang laboratorium mikrobiologi di Pegangsaan Timur No.13, Jakarta, pada 15 Agustus 1945. Tujuan pertemuan ini adalah untuk membicarakan pelaksanaan proklamasi tanpa menunggu Jepang. Mereka beranggapan Jepang hanya menjaga situasi dan kondisi Indonesia, karena mereka telah menyerah pada Sekutu. Keputusan dari pertemuan tersebut adalah mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan paling lambat tanggal 16 Agustus 1945. Setelah itu, golongan muda yang diwakili Darwis dan Wikana menghadap Soekarno dan Hatta untuk menyampaikan keputusan pertemuan. Namun, Soekarno dan Hatta menolak. Mereka mengatakan bahwa proklamasi kemerdekaan tidak bisa dilakukan secara gegabah dan harus menunggu Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang telah dibentuk. Karena tidak adanya titik temu membuat golongan muda kembali melakukan rapat di Asrama Baperpi (Kebun Binatang Cikini) hari itu juga. Hasilnya, mereka sepakat untuk menjauhkan Soekarno dan Hatta agar tak mendapat pengaruh Jepang.
Pada 16 Agustus 1945 pukul 03.00 WIB, golongan muda membawa Soekarno dan Hatta keluar kota. Rengasdengklok pun dipilih sebagai tujuan utama golongan muda karena letaknya yang strategis di dekat tangsi Pembela Tanah Air (Peta). Pukul 06.30 WIB, Bung Karno dan Bung Hatta tiba di kecamatan itu. Keduanya pun disambut meriah oleh rakyat Rengasdengklok. "Jam 11.00 bendera Jepang Hinomaru diturunkan oleh rakyat Rengasdengklok kemudian bendera Merah Putih dinaikkan, Usai penaikan bendera itu, pemuda bersama rakyat langsung melucuti tentara Jepang. Keberanian para pemuda dan rakyat ini menjadikan Rengasdengklok sebagai daerah pertama negara Republik Indonesia. Di Rengasdengklok, Soekarno dan Hatta singgah di sebuah rumah milik Djiauw Kie Siong, seorang petani keturunan Tionghoa. Rumah Djiaw dipilih karena tertutup rimbunan pohon dan tak mencolok dari masyarakat luar. Hingga sore hari, Soekarno dan Hatta masih berada di sana. Golongan muda kembali mendesak proklamasi kemerdekaan Indonesia untuk segera dilakukan. Setelah perundingan usai, Soekarno dan Hatta pun kembali ke Jakarta malam harinya untuk kemudian memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945.
2. Perumusan Teks Proklamasi
Perumusan naskah proklamasi dilakukan setelah peristiwa Rengasdengklok. Setelah peristiwa Rengasdengklok, Soekarno-Hatta dijemput untuk kembali ke Jakarta. Di sana mereka menetap di rumah Laksamana Tadashi Maeda di Jl. Imam Bonjol No.1. Kala itu, Laksamana Maeda bersedia menyediakan rumahnya dan menjamin keselamatan Soekarno-Hatta dan lainnya.
Soekarno, Hatta, dan Maeda sempat menemui Mayor Jenderal Nishimura untuk membicarakan proklamasi. Sayangnya, Nishimura melarang Soekarno-Hatta untuk menggelar rapat PPKI terkait kemerdekaan. Menyadari hal tersebut, kedua tokoh penting tersebut sadar bahwa mereka harus melaksanakan proklamasi tanpa campur tangan Jepang.
Perumusan Teks Proklamasi |
Perumusan naskah proklamasi dilakukan di ruang makan Laksamana Maeda. Sementara Maeda sendiri memisahkan diri dan naik ke lantai dua. Penyusunan naskah proklamasi melibatkan tiga tokoh nasional, yakni Soekarno, Hatta dan Ahmad Soebardjo. Juga disaksikan oleh Miyoshi, Sukarni, Sudiro, dan B.M. Diah.
Teks proklamasi tersebut memuat pernyataan tegas dan keinginan bangsa Indonesia untuk menjadi negara merdeka yang menentukan nasibnya sendiri. Kalimat pertama pada naskah teks proklamasi yaitu "Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia" dikutip Achmad Soebardjo dari rumusan sidang BPUPKI (Dokuritsu Junbi Chosakai).
Naskah Teks Proklamasi yang Konsep (klad) |
proklamasi dirumuskan Moh Hatta yang berbunyi "Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain akan diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya". Kedua kalimat ini kemudian digabung dan disempurnakan sehingga diperoleh rumusan teks proklamasi tulisan tangan Ir. Sukarno (bisa anda lihat gambar di atas.
Setelah konsep teks proklamasi ditunjukan kepada yang hadir timbullah masalah mengenai siapa yang akan menandatanganinya. Ir Sukrano menyarankan pada peserta rapat agar bersama sama menandatangani naskah proklamasi selaku wakil wakil bangsa Indonesia. Namun, usulan tersebut ditentang golongan muda. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani naskah proklamasi adalah Sukarno – Hatta atas nama bangsa Indonesia. Usul tersebut disetujui hadirin. Selanjutnya Sayuti Melik bertugas mengetik naska tulisan tangan Ir. Sukarno dengan melakukan beberapa perubahan.
Naskah Teks Proklamasi Otentik |
Di dalam teks naskah Proklamasi Otentik sudah mengalami beberapa perubahan yaitu sebagai berikut:
1. Kata "Proklamasi" diubah menjadi "P R O K L A M A S I",
2. Kata "Hal2" diubah menjadi "Hal-hal",
3. Kata "tempoh" diubah menjadi "tempo",
4. Kata "Djakarta, 17 - 8 - '05" diubah menjadi "Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05",
5. Kata "Wakil2 bangsa Indonesia" diubah menjadi "Atas nama bangsa Indonesia",
6. Isi naskah Proklamasi Klad adalah asli merupakan tulisan tangan sendiri oleh Ir. Soekarno sebagai pencatat, dan adalah merupakan hasil gubahan (karangan) oleh Drs. Mohammad Hatta dan Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo. Sedangkan isi naskah Proklamasi Otentik adalah merupakan hasil ketikan oleh Mohamad Ibnu Sayuti Melik (seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan Proklamasi),
7. Pada naskah Proklamasi Klad memang tidak ditandatangani, sedangkan pada naskah Proklamasi Otentik sudah ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta.
3. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Detik-Detik Proklamasi Hari Jumat di bulan Ramadhan, pukul 05.00 pagi, fajar 17 Agustus 1945 memancar di ufuk timur. Embun pagi masih menggelantung di tepian daun. Para pemimpin bangsa dan para tokoh pemuda keluar dari rumah Laksamana Maeda, dengan diliputi kebanggaan setelah merumuskan teks Proklamasi hingga dinihari. Mereka, telah sepakat untuk memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia hari itu di rumah Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, pada pukul 10.00 pagi.
Menjelang pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan, suasana di Jalan Pegangsaan Timur 56 cukup sibuk. Wakil Walikota, Soewirjo, memerintahkan kepada Mr. Wilopo untuk mempersiapkan peralatan yang diperlukan seperti mikrofon dan beberapa pengeras suara. Sedangkan Sudiro memerintahkan kepada S. Suhud untuk mempersiapkan satu tiang bendera. Karena situasi yang tegang, Suhud tidak ingat bahwa di depan rumah Soekarno itu, masih ada dua tiang bendera dari besi yang tidak digunakan. Malahan ia mencari sebatang bambu yang berada di belakang rumah. Bambu itu dibersihkan dan diberi tali. Lalu ditanam beberapa langkah saja dari teras rumah.
Bendera yang dijahit dengan tangan oleh ibu Fatmawati Soekarno sudah disiapkan. Bentuk dan ukuran bendera itu tidak standar, karena kainnya berukuran tidak sempurna. Memang, kain itu awalnya tidak disiapkan untuk bendera. Sementara itu, rakyat yang telah mengetahui akan dilaksanakan Proklamasi Kemerdekaan telah berkumpul. Rumah Soekarno telah dipadati oleh sejumlah massa pemuda dan rakyat yang berbaris teratur. Beberapa orang tampak gelisah, khawatir akan adanya pengacauan dari pihak Jepang. Matahari semakin tinggi, Proklamasi belum juga dimulai.
Waktu itu Soekarno terserang sakit, malamnya panas dingin terus menerus dan baru tidur setelah selesai merumuskan teks Proklamasi. Para undangan telah banyak berdatangan, rakyat yang telah menunggu sejak pagi, mulai tidak sabar lagi. Mereka yang diliputi suasana tegang berkeinginan keras agar Proklamasi segera dilakukan. Para pemuda yang tidak sabar, mulai mendesak Bung Karno untuk segera membacakan teks Proklamasi. Namun, Bung Karno tidak mau membacakan teks Proklamasi tanpa kehadiran Mohammad Hatta. Lima menit sebelum acara dimulai, Mohammad Hatta datang dengan pakaian putih-putih dan langsung menuju kamar Soekarno. Sambil menyambut kedatangan Mohammad Hatta, Bung Karno bangkit dari tempat tidurnya, lalu berpakaian. Ia juga mengenakan stelan putih-putih. Kemudian keduanya menuju tempat upacara.
Upacara itu berlangsung sederhana saja. Tanpa protokol. Latief Hendraningrat, salah seorang anggota PETA, segera memberi aba aba kepada seluruh barisan pemuda yang telah menunggu sejak pagi untuk berdiri. Serentak semua berdiri tegak dengan sikap sempurna. Latief kemudian mempersilahkan Soekarno dan Mohammad Hatta maju beberapa langkah mendekati mikrofon. Dengan suara mantap dan jelas, Soekarno mengucapkan pidato pendahuluan singkat sebelum membacakan teks proklamasi.
Berikut ini adalah teks pidato Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Saudara-saudara sekalian,
Saya telah minta saudara-saudara hadir disini untuk menyaksikan satu peristiwa mahapenting dalam sejarah kita.
Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia telah berjoang, untuk kemerdekaan tanah air kita bahkan telah beratus-ratus tahun! Gelombang aksi kita untuk mencapai kemerdekaan kita itu ada naiknya dan ada turunnya, tetapi jiwa kita tetap menuju ke arah cita- cita.
Pembacaan Teks Proklamasi 17 Agustus 1945 |
Juga di dalam zaman Jepang, usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak berhenti-hentinya. Di dalam zaman Jepang ini, tampaknya saja kita menyandarkan diri kepada mereka, tetapi pada hakekatnya, tetap kita menyusun tenaga sendiri, tetapi kita percaya kepada kekuatan sendiri.
Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil sikap nasib bangsa dan nasib tanah air kita di dalam tangan kita sendiri. Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri akan dapat berdiri dengan kuatnya.
Maka kami, tadi malam telah mengadakan musyawarat dengan pemuka-pemuka rakyat Indonesia dari seluruh Indonesia. Permusyawaratan itu seia sekata berpendapat bahwa sekaranglah datang saatnya untuk menyatakan kemerdekaan kita.
Saudara-saudara! Dengan ini kami menyatakan kebulatan tekad itu. Dengarkanlah proklamasi kami:
P R O K L A M A S I
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Djakarta, 17 Agustus 1945 Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta
Demikianlah saudara-saudara! Kita sekarang telah merdeka!
Tidak ada suatu ikatan lagi yang mengikat tanah air kita dan bangsa kita! Mulai saat ini kita menyusun negara kita!
Negara merdeka, negara Republik Indonesia! Merdeka, kekal, abadi! Insya Allah Tuhan memberkati kemerdekaan kita ini.
Acara, dilanjutkan dengan pengibaran bendera Merah Putih. Soekarno dan Hatta maju beberapa langkah menuruni anak tangga terakhir dari serambi muka, lebih kurang dua meter di depan tiang. Ketika S. K. Trimurti diminta maju untuk mengibarkan bendera, dia menolak: lebih baik seorang prajurit , katanya. Tanpa ada yang menyuruh, Latief Hendraningrat yang berseragam PETA berwarna hijau dekil maju ke dekat tiang bendera. S. Suhud lalu mengambil bendera dari atas baki yang telah disediakan dan mengikatnya pada tali dibantu oleh Latief Hendraningrat. Bendera dinaikkan perlahan-lahan. Tanpa ada yang memimpin, para hadirin dengan spontan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Bendera dikerek dengan lambat sekali, untuk menyesuaikan dengan irama lagu Indonesia Raya yang cukup panjang. Seusai pengibaran bendera, dilanjutkan dengan pidato sambutan dari Walikota Soewirjo dan dr. Muwardi.
Upacara pengibaran bendera Merah Putih saat Proklamasi 17 Agustus 1945 |
0 Response to "Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945"
Post a Comment